Tuesday, July 18, 2017

Mentri Susi Punya Sistem Canggih, Pencuri Ikan Tidak Akan Lolos


Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti terus memperbaharui sistem pemantauan aktifitas lepas pantai sebagai salah satu upaya untuk memerangi pencurian ikan di perairan Indoensia.

Salah satunya adalah memanfaatkan sistem pelacak Global Fishing Watch (GFW) yang dikembangkan perusahaan asal Amerika Serikat, Skytruth dan Google. Sistem tersebut hari ini dipamerkan Susi di kantor KKP, Jakarta, Selasa (18/7/2017).

GFW merupakan basis sistem teknolgi pengawasan yang memanfaatkan data satelit untuk mengawasi aktivitas penangkapan ikan komersial yang terjadi di seluruh dunia.

GFW bekerja dengan menganalisa data dari jaringan Automatic Identification System (AIS). AIS sendiri, merupakan alat yang terpasang di badan kapal dan memancarkan data GPS yang menunjukkan lokasi kapal yang bersangkutan.

Aaron Roan, Data Scientist Skytruth mengatakan, data pergerakan kapal dari mulai identitas kapal, kecepatan kapal hingga arah pergerakan kapal yang diperoleh dari satelit, akan dianalisa GFW untuk mengenali perilaku kapal.

"Kita tak tahu apa yang terjadi di laut, tapi di sini (GFW) kita bisa lihat ada kapal (asing) di situ, kemudian bertemu kapal dari Indonesia di situ," kata Roan sembari menunjukkan contoh pergerakan kapal asing dari Singapura yang tengah berpapasan dengan kapal ikan asal Indonesia di tengah Samudra Hindia.

Dengan analisa yang dilakukan sistem GFW, aktivitas mencurigakan di tengah laut bisa lebih mudah dikenali.

"Aktivitas bertemu dan berhentinya kapal di laut itu kita pertanyakan. Apa itu salah satu pola transhipment," tambahnya.

GFW melengkapi sistem pendeteksi yang saat ini sudah dimiliki KKP lewat VMS (Vessel Monitoring Syatem) yang juga sama-sama memanfaatkan data AIS untuk memantau pergerakan kapal Indonesia dengan ukuran di atas 30 GT.

Kelebihannya, GFW memiliki cakupan yang lebih luas ketimbang VMS. Sehingga bisa mendeteksi keberadaan kapal dari AIS atau GPS kapal yang bersangkutan meskipun tengah berada di luar perairan Indonesia.

Selama ini, AIS di luar perairan Indonesia tidak akan terdeteksi oleh sistem VMS. Celah ini lah yang dimanfaatkan pencuri ikan untuk melarikan diri dari Indonesia.

Dengan sistem baru yang telah dimanfaatkan Susi sejak setahun belakangan ini, kapal pencuri ikan tak lagi memiliki ruang untuk melarikan diri.

"Data-data (dari GFW) inilah yang akan kita tindaklanjuti. Jadi bukti awal untuk melakukan investigasi. Jangan salah, kapal-kapal kita sudah bisa melaut ke laut dalam, ini kan kerugian buat Indonesia. Produksi (ikan) rendah, pajaknya juga rendah. Jadi perilaku ini yang harus ditertibkan," pungkas Susi.

Friday, July 14, 2017

Mahluk Mirip Manusia Ini Memiliki 3 Jari Tangan, Alien Atau Manusia??


Jasad terawetkan atau mumi  ditemukan di Nazca, Peru. Temuan itu menarik perhatian karena diduga dapat mengubah kisah asal-usul manusia.

Mumi dalam keadaan terlipat itu berbentuk humanoid – seperti manusia – dengan tengkorak yang memanjang dan 3 jari di tiap tangan.

Para peneliti yang berkutat pada sejarah asal-usul manusia masih harus memastikan, bahwa temuan itu memang benar karena sudah ada beberapa temuan palsu (hoax) dalam riwayat arkeologi. Demikian seperti dikutip dari Ancient Orgins pada Jumat (14/7/2017).



Jaime Maussan adalah seorang jurnalis investigasi dari Meksiko yang pertama kali membawa kisah ini kepada Gaia, suatu perusahaan pembuat film. Mereka bergabung dengan tim peneliti dan ilmuwan di luar Nazca untuk melakukan investigasi terhadap mumi tersebut.

Suatu video yang berisi analisis hasil temuan menengarai, bahwa jasad itu merupakan sesuatu yang unik dalam catatan fosil yang diketahui selama ini.

Dr. Konstantin Korotkov, seorang profesor dari Saint Petersburg University adalah salah satu pimpinan ilmuwan yang sedang memeriksa kasus itu.

Dr. José de Jesús Zalce Benítez, pakar forensik dari National School of Medicine of Mexico dan Natalia Zaloznaja MD PhD, pimpinan analisis citra di Lembaga Kedokteran MIBS terlibat dalam pemeriksaan awal.

Tubuh itu memiliki tinggi 168 sentimeter dengan proporsi yang amat mirip manusia. Perbedaan yang jelas, selain tengkorak yang memanjang, adalah 3 jari pada tangan dan ketiadaan hidung dan telinga. Hanya ada satu lubang di tempat hidung dan satu lubang di tempat telinga.

Dalam video, Dr. Korotkov menjelaskan, bahwa keanehan itu bukan kecacatan, melainkan karena individu itu adalah "makhluk lain, humanoid lain".

Temuan itu bukan satu-satunya contoh keberadaan tengkorak memanjang di Peru. Sebelumnya, ada 300 tengkorak di suatu kawasan pemakaman di Paracas, Peru yang menjadi temuan terbanyak tengkorak memanjang di seluruh dunia.

Penyebab memanjangnya tengkorak-tengkorak itu masih menjadi perdebatan, demikian juga dengan asal muasalnya. Uji DNA mengarah kepada asal muasal di Eropa dan Timur Tengah.

Salah satu ciri aneh tengkorak-tengkorak memanjang itu adalah tempat kedudukan foramen magnum, yaitu titik pertemuan syaraf tulang belakang dengan tengkorak. Ukuran tengkorak juga lebih besar den lebih berat.


Penanggalan karbon pada sampel jasad menunjukkan, bahwa masa antara 245 hingga 410 M. Sementara itu, penentuan urutan (sequencing) DNA sedang berlangsung. Menurut Melissa Tittl, Direktur untuk Konten Original di Gaia, melalui video, analisis hasil pemindaian CAT juga sedang dikerjakan.

M.K. Jesse, seorang Ahli Radiologi Musculoskeletal di University of Colorado Hospital, menduga tidak ada perubahan yang sengaja dilakukan orang untuk mendapatkan tampilan unik tersebut.

Jay Weidner, seorang Direktur Senior untuk Konten di Gaia, mengatakan bahwa batu berukir (petroglyphs) di dekat mumi juga menunjukkan adanya sosok-sosok humanoid berjari 3.

Dr. Korotkov menegaskan adanya beberapa contoh lain sosok berjari 3 dalam lukisan-lukisan purba di Peru. Belum jelas apakah itu mencerminkan kenyataan atau sekedar karya seni.

Temuan teranyar tersebut menghadirkan sejumlah pertanyaan. Seandainya benar, mungkinkah ini menjadi suatu contoh spesies terlupakan di antara manusia?

Apakah bentuk tidak biasa itu menjadi bagian perkembangan atau disengaja? Atau, apakah ini bukti keberadaan spesies yang bukan manusia? Inikah bukti alien?